Saya setuju dengan Anda bahwa busana muslimah merupakan identitas takwa, baju yang harus menggambarkan kesalehan dan keimanan. Berjilbab bagi seorang muslimah adalah sebuah kewajiban sebagaimana diperintahkan Allah melalui ayat berikut.
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 59)
Citra wanita berjilbab hendaknya jangan sampai menjadi buruk hanya karena kelakukan segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya atau idealnya, seorang wanita yang berbusana muslimah itu kelakuannya, perbuatannya, omongannya, dan perilakunya mencerminkan orang yang bertakwa.
Menurut pendapat saya, sikap Anda sudah bagus karena tidak mau merusak citra (pakaian muslimah). Kenapa?
Saya menghargai ikhtiar Anda untuk menjaga citra jilbab. Namun saya perlu ingatkan, bagaimana jika kematian terlebih dahulu menjemput sebelum Anda benar-benar melaksanakan niat berjilbab? Tentu Anda akan menyesalinya, bukan?
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.” (H.R. Bukhari)
Adapun mengenai perilaku teman Anda yang melepas jilbab dengan alasan kondisi keimanannya sedang tidak stabil, menurut hemat saya ini adalah perilaku dan cara berpikir yang kurang tepat. Justru perilaku ini akan semakin menurunkan kadar keimanan orang yang bersangkutan. Kalau kondisi keimanan menurun, hal tersebut justru harus dilawan dengan semakin meningkatkan kesalehan. Seperti orang yang sedang sakit tapi malas makan, kalau ingin cepat sembuh maka dia harus harus memaksakan diri untuk makan sehingga daya tahan tubuhnya meningkat dan bukan malah meninggalkan makan yang justru akan semakin menurunkan daya tahan tubuhnya.
Jadi, bagi Anda yang sedang mencoba untuk istiqamah berjilbab, kalau merasa iman sedang menurun justru harus semakin rajin memakainya sehingga diharapkan kondisi keimanan menjadi semakin pulih dan sehat kembali. Kalau Anda menyengaja melepas jilbab dengan alasan iman sedang turun, perilaku ini justru akan membuat iman semakin rapuh.Wallaahu a’lam. [rf/Islampos]
source: Ustadz Aam Amiruddin, percikan iman.
Tambahan dari Penulis :
Menurut saya sih, kita tidak usah terlalu terikat pada kata MENDINGAN, mungkin itu bisa dikatakan pola pikir yang terlalu sempit, karena belum tentu hanya ada dua pilihan saja.
misalnya yang marak saat ini adalah "MENDINGAN mana, pemimpin muslim yang tidak amanah atau pemimpin kafir yang amanah?"
bila kasusnya seperti contoh diatas, tidak diperbolehkan kata Mendingan. Yang membuat perspektif seperti itu adalah orang2 yang tidak bertanggung jawab, bukan bermaksud menyalahkan media, namun yang paling banyak ikut andil adalah Media.
Padahal kalau difikir fikir lagi, masih banyak muslim yang amanah, bahkan juga banyak muslim yang memiliki kelebihan2 lainnya.
Sekali lagi saya katakan, kata Mendingan itu bisa jadi terlahir karena pola pikir yang terlalu sempit untuk menentukan pilihan, padahal masih banyak pilihan pilihan yang lebih baik.
Jadi kenapa tidak menentukan pilihan antara yang baik dan baik? sedangkan yang buruk sudah jelas nampak di depan mata .
maaf kalo bahasanya sukar dipahami, masih belajar menulis, jadi belum berpengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar