Kita tidak memungkiri bahwasanya ahlussunnah wal jama'ah adalah orang -
orang yang sangat bersemangat dalam menyebarkan ilmu syar'i. Namun
berhati - hatilah, jangan sampai semangat tersebut sampai
melalaikan kita dari berbagai akibat negatif media sosial dan membuat
kita terjerumus kepadanya.
Berikut adalah beberapa kesalahan yang terjadi apabila berdakwah menggunakan media sosial
1. Tidak mempertimbangkan mafsadat dan kerusakan yang diakibatkan media sosial
Sebagian pihak menggunakan media sosial dengan alasan untuk semakin
menyebarkan dakwah. Mereka merasa tidak cukup dakwah hanya menggunakan
media situs web atau blog. Ilmu syar'i juga perlu disebarkan melalui
berbagai jenis media sosial seperti Facebook, Twitter, You Tube, Google
Plus, Instagram, dan lain sebagainya. Selain itu, kaum muslimin juga
banyak yang menggunakan media sosial. Apalagi para ahlul ahwa dan
hizbiyyun, mereka berdakwah menggunakan media sosial. Mereka menganggap
sudah seharusnya ahlussunnah wal jama'ah juga menggunakannya demi
maslahat dakwah.
Namun, sepertinya mereka lalai atau lupa bahwasanya kerusakan yang
ditimbulkan oleh media sosial lebih banyak dan lebih pasti dibandingkan
manfaatnya, sehingga hal tersebut membatalkan kemaslahatan yang ada
padanya. Bukankah Allah ta'ala berfirman
يَسْأَلُونَكَ عَنِ
الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ
لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.. (al Baqarah 219)
2. Mencampuradukkan antara yang haq dan bathil
Facebook, twitter, dan media sosial lainnya adalah tempat berkumpulnya
segala macam perkara dan berbagai jenis manusia yang bercampur aduk
menjadi satu, semuanya hampir tanpa batas bahkan antara yang nyata atau
maya, asli atau palsu.
Pantaskah engkau berdakwah di media yang disana orang - orang memamerkan
statusnya, saling berbangga dengan dunia atau riya dengan 'ibadah yang
telah dilakukannya? Di tempat orang bebas berkomentar tanpa adab dan
tanpa ilmu? Di tempat dijajakannya iklan - iklan yang menawarkan
berbagai bentuk
permainan yang melalaikan, judi, dan segala macam bentuk kemungkaran
lainnya?
Pantaskah engkau berdakwah di media tempat pergaulan bebas tanpa batas
antara pria dan wanita? Di tempat para dayyuts memajang fotonya bersama
istri dan anak perempuannya? Di tempat para wanita bertabarruj saling
memamerkan auratnya? Di tempat para pelacur menjajakan dirinya?
Bukankah Allah ta'ala berfirman:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wahai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampuradukkan yang haq dengan yang batil,
dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui? (Ali 'Imran:71)
3. Berdebat dalam masalah agama
Sudah menjadi kebiasaan ahlul ahwa dan ahlul bid'ah bahwasanya mereka
adalah golongan yang suka mengajak debat ahlussunnah atau memberikan
tantangan kepada ahlussunnah (Salah satu contohnya mereka mengadakan
sayembara dengan syarat: pesertanya khusus ahlussunnah). Dan media
sosial merupakan sarana yang sangat mendukung hobi mereka ini. Oleh
karenanya, sebagian pihak beralasan bahwa kami menggunakan media sosial
untuk mendebat pihak - pihak yang menyelisihi ahlussunnah wal jama'ah.
Mereka berusaha menjawab komentar - komentar para ahlul ahwa dan
hizbiyyin. Namun kemudian yang ada hanyalah debat kusir, berkelit dan
berkilah ke sana ke mari. Dan debat tersebut juga tidaklah mampu membuat
ahlul bid'ah dan ahlul ahwa akhirnya rujuk kepada kebenaran.
Bukankan Allah ta'ala berfirman:
وَإِذَا رَأَيْتَ
الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا
فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا
تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olok ayat Kami maka
tinggalkanlah mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain.
Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa maka janganlah kamu duduk bersama
orang-orang zhalim itu sesudah teringat.” (Al An’am : 68)
Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَبِبَيْتٍ فِي وَســـَط الْجَنَّةِ لِمـــَنْ تَرَكَ الْمــــِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
"Dan (saya juga menjamin) rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun ia benar."
أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلىَ اللهِ اْلأَلَدُّ الْخَصِمُ
“Orang yang paling dibenci Allah adalah yang suka berdebat.” (Muttafaq Alaihi)
Juga dari hadits Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا ضَلَّ قَوْمٌ
بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوا الْجَدَلَ. ثُمَّ تَلاَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ اْلآيَةَ: مَا
ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ
“Tidaklah tersesat satu kaum setelah mendapatkan hidayah yang dahulu
mereka di atasnya, melainkan mereka diberi sifat berdebat.” Kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ
“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan
maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka
bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58)
4. Menyediakan sarana perdebatan dan permusuhan serta kemaksiatan.
Sebagian pihak beralasan: "Kami tidak menggunakan media sosial untuk
berdebat. Kami hanya menampilkan postingan berupa faidah - faidah
ilmiah". Namun pertanyaannya adalah: bisakah engkau mencegah orang jahil
atau ahlul ahwa dan hizbiyyin untuk tidak berkomentar dan mendebat di
postingan tersebut? Sehingga banyak kita dapatkan postingan ilmiah namun
komentar-komentarnya berisi perdebatan kusir dan komentar tanpa ilmu
serta permusuhan diantara kaum muslimin. Bukankah ini berarti engkau
secara tidak langsung telah memiliki andil menyiapkan sarana perdebatan
dan permusuhan?
Ditambah lagi jika ternyata profile picture dari yang memberi komentar
adalah gambar mahluk bernyawa. Bahkan lebih besar lagi fitnahnya profile
picture yang ditampilkan adalah perempuan yang bertabarruj bahkan
sampai menampakkan auratnya. Bukankah ini berarti engkau secara tidak
langsung telah memiliki andil menjadi wasilah (sarana) bagi para wanita
tersebut untuk memamerkan auratnya dan sarana bagi para pria untuk
memandang mereka? Allahul musta'an.
Padahal Allah ta'ala berfirman:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى
الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
(al Maidah:2)
5. Menampilkan tautan (link) yang menunjukkan kepada penyimpangan dan kesesatan
Ketahuilah saudaraku, bahwa tautan (link) kepada kepada penyimpangan dan
kesesatan bisa muncul melalui beberapa cara, baik langsung maupun tidak
langsung sebagai berikut.
- Dikirim melalui komentar sehingga tautan tersebut langsung muncul di halaman atau status media sosial antum.
- Melalui profile picture yang menampilkan lambang atau logo berserta
tautan kepada firqah/kelompok/tv/radio/situs/organisasi dari ahlul
bid'ah dan hizbiyyun
- Melalui nama akun yang mengirim komentar. Misalkan si fulan memberi
komentar pada status/postinganmu. Maka apabila engkau mengklik nama akun
si fulan, maka engkau akan dibawa kepada profilnya. Di sana engkau bisa
melihat apa yang fulan sukai, siapa yang fulan ikuti, siapa temannya,
apa saja status dan postingan si fulan. Yang mana engkau tidak bisa
mencegah kepada siapa fulan berwala. Dan sudah ma'ruf, bahwa pengguna
facebook kebanyakannya adalah orang awam serta hizbiyyun sururiyyun
mutalawwinun. Sehingga mereka juga akan menampilkan tautan kepada
situs-situs dan akun media sosialnya hizbi sururi MLM.
Kemudian pertanyaannya : Bisakah engkau, mencegah orang yang
mengunjungi/melihat status atau postinganmu di media sosial untuk tidak
mengklik tautan - tautan tersebut di atas? Dan bisakah engkau mencegah
mereka untuk kemudian tidak terfitnah dengan apa - apa yang ada dalam
tautan - tautan tersebut?
Bukankah ada hadits yang menyatakan
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إِنَّ مِنَ النَّاسِ
مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ
مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ
اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ
اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ)). أخرجه ابن ماجه حــ(٢٣٧)
وحسنه الألباني بأربع في الصحيحة حــ(١٣٢٢)
Dari Anas bin Malikٍ berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya diantara manusia ada yg menjadi
kunci-kunci kebaikan lagi penutup-penutup kejelekan, dan sesungguhnya
diantara manusia ada yg menjadi kunci-kunci kejelekan dan
penutup-penutup kebaikan, maka berbahagialah bagi siapa saja yg telah
Allah jadikan sebagai pintu-pintu kebaikan melalui tangannya, dan
celakalah bagi siapa saja yg Allah jadikan kunci-kunci kejelekan melalui
tangannya”.
[HR. Ibnu Majah dan dishahihkan syaikh Albani]
6. Mendatangi fitnah
Dengan menggunakan media sosial, berarti engkau telah membuka
lebar-lebar pintu fitnah untuk dirimu sendiri. Engkau telah menyediakan
wasilah yang dengannya matamu bersiap untuk melihat apa - apa yang
diharamkan Allah, membaca komentar atau status yang tidak bermanfaat dan
juga hatimu bersiap untuk menerima berbagai syubhat.
Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَتَكُونُ فِتْنَةٌ، الْقَاعِدُ فِيهَا
خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ، وَالْقَائِمُ خُيْرٌ مِنَ الْمَاشِي، وَالْمَاشِي
خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي
“Akan terjadi fitnah, orang yang duduk saat itu lebih baik daripada yang
berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang
berjalan lebih baik daripada yang berlari kecil.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk
menghindar dan menjauh dari fitnah, namun engkau malah mendatanginya.
7. Tidak mengikuti bimbingan asatidzah
Sungguh telah banyak nasehat dan bimbingan yang kita dengar dan baca
dari para asatidzah untuk tidak menggunakan media sosial. Bimbingan dan
nasehat yang bukan hanya sekedar dalam bentuk ucapan lisan belaka, namun
juga contoh yang mereka amalkan. Namun mengapa engkau tidak mau
mengikuti bimbingan mereka hafizhahumullah? Padahal Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda
البركة مع أكابركم
“Keberkahan itu bersama para pembesar diantara kalian”
8. Memberikan contoh buruk
Dengan berdakwah melalui media sosial, maka berarti engkau juga telah
mengajak orang lain untuk menceburkan dirinya ke dalamnya. Mereka akan
menjadikan alasan bergabungnya pada berbagai media sosial adalah demi
mendapatkan update informasi kajian dan audio rekaman kajian asatidzah
ahlussunnah serta faidah ilmiah yang engkau posting.
Namun saudaraku, tahukah bahwa sebenarnya engkau telah menjadi contoh
bagi mereka untuk menceburkan diri kepada berbagai fitnah yang ada di
dalamnya? Engkau juga telah menjadi contoh bagi mereka untuk tidak
mendengarkan dan mengamalkan bimbingan asatidzah yang melarang kita
untuk menggunakan media sosial?
Tidak takutkah engkau dengan ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam berikut?
مَنْ
سَنَّ فِي اْلإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا
وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَنْقُصُ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
Barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam contoh yang buruk, maka ia
mendapat dosa dan dosa orang-orang yang mengerjakan setelahnya tanpa
dikurangi dari dosa mereka sedikitpun (H.R Muslim no 1691)
Wallahu a'lam bishshawab
sumber: ilmusyari.com